Kamis, 13 Desember 2007

KISAH SEBUAH KARPET (UBAH SUDUT PANDANG KITA)


Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.

Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.

Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak.

Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

  1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
  2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
  3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
  4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
  5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
  6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan
  7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
  8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
  9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
  10. Untuk dst...

Rabu, 28 November 2007

Enterpreneurship Rasulullah

saya membaca sebuah artikel dari KH Abdullah Gymnastiar, saya sangat tertarik dengan artikel ini sangat membangkitkan, memotivasi, dan inspiratif. Sehingga saya tertarik untuk memasukan artikel ini dalam blogsite saya, selamat membaca dan mudah-mudahan bermanfaat.

Sahabat-sahabat, ternyata dalam kajian tentang Rasulullah, ada saat yang kurang kita bahas. Kebanyakan kita bahas adalah mulai dari umur 17 tahun sampai 20 tahun. Kita tahu mengenai beliau ketika umur 25 tahun tetapi dengan imej yang negatif, yaitu seorang pemuda menikahi jandakaya raya. Padahal kalau dilihat dari maharnya mencapai 20 ekor unta muda yang jika dihargai sekarang kurang lebih setengah milyar rupiah, bayangkan saja...

Hal lainnya yang amat jarang kita bahas adalah bagaimana Muhammad menjadi professional. Umat Islam sekarang menjadi babak belur, karena kita tidak mengerti bagaimana menjadi professional. Mengurus masjid kecil, wc bahkan sandal saja repot sekali. Hal yang perlu kita kembangkan adalah jiwa entrepreneur.

Rasulullah sebagai bukti bahwa dengan memiliki jiwa entrepreneur maka orang akan mampu mengendalikan apa saja. Contohnya di Singapura yang merupakan negara pedagang walaupun mereka tidak mempunyai sumber daya. Taiwan, Jepang bahkan Korea hampir menguasai dunia.

Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Dalam usia enam tahun ibunya meninggal dalam perjalanan kembali dari Yatrib setelah menengok kuburan ayahnya. Usia 6tahun beliau sudah yatim-piatu dan tidak punya pegangan. Sampai usia 8 tahun 2 bulan dibina dan didik kakeknya Abdul Muthalib yang cukup berada.

Di usia ini kakeknya wafat, setelah itu ia dalam perlindungan pamannya AbuThalib yang tidak sekaya kakeknya, mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad menggembala kambing, mencari nafkah sendiri. Usia 12 tahun Rasul diajak pamannya dalam perjalanan dagang pertama kali ke Syria. Syria itu jaraknya ribuan kilometer.

Bayangkan umur 12 tahun tidak pakai pesawat atau mobil!!!. Anak-anak kita umur12 tahun sedang malas-malasnya. Masa kecil kita bukan masa teruji, bukan masa tertempa. Semua dimudahkan oleh orang tua kita. Disini saya akan membahas kenapa kita ini menjadi warga yang looser.

Saudara-saudara sekalian,
Sepulang dari perjalanan dagang pertamanya, beliau begitu sering bisnis
bahkan sampai ke seluruh JazirahArab sudah terkenal seorang professional muda bernama Muhammad. Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang konglomerawati bernama Khadijah. Setelah genap hampir sepuluh kali perjalanan dagang yang beliau tempuh, kalau setiap kali perjalanan dagang beliau mendapatkan untung dua ekor unta betina. Subhanallah...

Maka ketika meminang Siti Khadijah beliau memberi maskawin sebesar duapuluh ekor unta muda atau kurang lebih setengah milyar rupiah ! Mana ada pengusaha muda di Indonesia yang mau memberi mahar begitu besar kepada istrinya. Coba cari sekarang ada atau tidak di Indonesia seseorang yang sudah berani menikah dengan memberi mahar setengah milyar. Paling top orang kaya itu seperangkat alat sholat.

Jadi kita bisa membayangkan bagaimana dashyatnya Muhammad muda ini. Hal ini yang jarang kita pelajari, bagaimana etos kerja beliau padahal beliau tidak ada uang, tidak ada keahlian. Jadi saudara-saudara, jangan
merasa malu lahir dari orang tua yang miskin, Rasul bahkan tidak punya bapak.

Jangan merasa berpendidikan rendah, Nabi saja tidak sekolah. Jangan merasa tidakpunya modal, Nabi tidak punya modal sama sekali. Tidak ada alasan. Kita itu paling hobi memperbanyak alasan. Padahal alasan memperjelas kelemahan kita.

Jadi bangsa ini mau sesulit apapun, tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita bangkit dengan semangat. Saya termasuk yang tidak mau pusing dengan keadaan sekarang kalau akhirnya akan melemahkan semangat. Situasi sesulit apapun, pilihannya cuma satu yaitu kita harus bangkit bersama-sama.

Mengeluh, mencela tidak akanmenyelesaikan masalah, kalau ada yang dapat terselesaikan dengan masalah, silakan saja mengeluh sepuasnya. Kalau ada yang bisa selesai dengan umpatan dan makian, silakan mengumpat. Kita tidak punya waktu, waktu kita terbatas. Satu-satunya pilihan adalah kita harus bangkit. Allah Maha Kaya, mau seperti apa saja keadaanya, rezeki Allah tidak akan berkurang. Ini rumusnya yang akan kita coba bahas.

Rekan-rekan sekalian, para orang tua, jangan merasa sudah tua. Tenang saja kita masih punya anak cucu. Para kaum muda ini kesempatan bahwa kita sudah disiapkan sukses oleh Allah. Sudah diilhamkan potensi sholeh/bejat. Kita sebelum dilahirkan ke dunia sudah pernah bertarung dengan 150 juta pesaing yaitu sel sperma dan yang jadi menemui sel telur adalah kita. We are the winner. Kita pernah memasuki persaingan dan kita menang. Kenapa kalau sudah hidup jadi kalah ??

Jadi tekad harus kita canangkan dari sekarang. Kalau kita lihat sejarah,
baru tahun 1984 ilmu wirausaha ini mulai dikembangkan, padahal Nabi Muhammad SAW sudah 1500 tahun yang lalu mencanangkan bahwa kita itu bisa kokoh dan kuat justru dengan kewirausahaan yang ada. Kuncinya ternyata semua wirausahawan sejati tergantung dari masa kecilnya.

Masa kecil seseorang itulah yang menentukan kualifikasi enterpreneurship orang tersebut. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu ditolong maka bersiaplah menuai anak yang tidak berdaya. Para pengusaha kita sedikit yang masa kecilnya susah.

Saudara-saudaraku, bagi yang masih muda, jangan bercita-cita punya pekerjaan setelah lulus. Mulai sekarang kalau saya lulus, saya ingin membuat pekerjaan, tidak perlu melamar kemanapun. Langsung jadi Direktur Utama merangkap staf dan pegawai inti. Bangsa ini tidak akan selesai hari ini. Mulailah tanamkan jiwa enterpreneurship pada anak-anak kita. Ingatlah pada waktu kita kecil, waktu belajar jalan, bediri sedikit sudah jatuh. Bangkit lagi, benjol berdarah dan apakah kita putus asa ? apakah kita mengeluh ?.

Potensi untuk berani bertindak sudah ada hanya orang tua yang dapat melemahkan semangat kita. Dilarang naik kursi takut jatuh, dilarang main pisau nanti berdarah. Dia tidak pernah punya pengalaman untuk mengambil pilihan. Dia tidak pernah punya pengalaman untuk mengetahui resiko dari tindakannya.

Menyelesaikan bangsa kita sekarang bukan saja oleh kita sekarang, dengan mempersiapkan keturunan kita juga merupakan tanggung jawab kita kepada umat ke depan. Tidak pernah ada kata terlambat. Didik anak-anak kita dari kecil buat jadi mandiri, bebas, berani bertanggung jawab supaya dia percaya diri.

Kalau dia jatuh biarkan saja. Ini adalah membangun bangsa ini. Ini adalah membangun masa depan umat, yaitu bagaimana para orang tua membangun anak-anaknya. Kalau mereka mau jajan harus ada pertaruhannya, setiap rupiah harus ada perjuangannya.

Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anaknya sengsaranya juga akan kembali ke orang tua. Latihlah entrepreneurship dari uang jajan bulanan yang bertanggungjawab pemakaiannya. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kita. Saya semenjak SD sampai SMA sudah berjualan, lulus kuliah tidak pernah mengambil ijazah sampai sekarang.

Alhamdulillah, rezeki Allah tidak kemana-mana. Allahuakbar, Allah Maha Besar sampai sekarang mampu membangun Daarut Tauhiid sampai sebegini besar. Tapi ini benar-benar membuat keyakinan jika jiwa entrepreneurship tertanam pada diri-diri kita, kita tidak pernah takut menghadapi situasi apapun. Kalau saja ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha yang baik pasti akan sukses.

Bagaimana mungkin dengan alam yang begitu kaya kita bisa miskin, cuma kita saja yang bodoh sampai tertipu tetangga karena kita tidak mengerti cara mengelolanya. Saudara-saudaraku sekalian, hikmahnya yang pertama adalah hati-hati dengan masa kecil, masa muda. Para mahasiswa sebaiknya sambil kuliah sambil cari nafkah. Pengalaman sudah harus dirintis, nantinya waktu kuliahnya sama hasilnya akan berbeda dengan orang lain.

Kedua, Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagi nabi tidak punya apa-apa, mengapa setelah itu dapat menjadi orang kaya tanpa modal. Karena modal yang beliau punyai adalah Al-Amin yaitu orang yang kredibel. Mulai sekarang kita harus buat track record menjadi orang yang terpercaya dalam kehidupan kita. Modal kita itu adalah nama baik kita.

Demi Allah, uang itu kecil.
Nama baiklah yang mahal. Mulai sekarang jangan pernah terpikir untuk licik. Mulut kita satu-satunya initidak boleh lagi berdusta. Mulut ini yang membuat kita kehilangan hidup, uang,dan kehormatan kita. Jangan main-main soal bohong ini. Biar kita diremehkan, disisihkan dan dikeluarkan karena kita jujur.

Daripada kita sebaliknya karena kita tidak pernah menikmati hidup selama kita berbohong. Cari rezeki tidak perlu bohong, Allah SWT sudah tahu kebutuhan kita daripadakita sendiri. Tiap kita itu sudah ditentukan
rezekinya, tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa rezeki.

Rezeki dapat dibagi menjadi tiga, yaitu rezeki yang pertama adalah rezeki yang dijamin pasti ada, yaitu makan. Pada saat kita bayi kita tidak bisa mencari makan, apakah kita takut. Hal ini karena kita yakin sudah dijamin. Satu kesulitan mendatangkan dua kemudahan pada saat kita hendak terlahirkan.

Ari-ari dipotong setelah itu mendapatkan makanan dari dua air susu ibu. Jadi setelah kita sebesar ini, apakah masih takut tidak makan. Yang harus kita takuti adalah makan makanan yang kita tidak tahu halal/haramnya. Demi Allah, kita akan ada rezekinya.

Rezeki yang kedua adalah rezeki yang digantungkan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri. Semua sudah ada ukurannya sendiri.

Justru akan gawat kalau rezeki kita sama semua. Kalau kita mencarinya di jalan Allah. Rezeki dapat, pahala dapat, barokah namanya. Kalau mau licik boleh-boleh saja. Rezeki dapat, dosa dapat, haram namanya.

Pencuri, koruptor itu maling hartanya sendiri. Kalau dia sholeh pasti ketemu rezekinya itu. Tidak perlu pakai licik. Tidak mungkin Allah menyediakan rezeki kalau harus pakai licik. Jujurlah pasti akan ketemu rezeki tersebut, mau kemana lagi. Ingatlah teori bayi, ketika menangis dengan suara pelan sang ibu hanya menenangkan dan tidak memberi makan. Kemudian si bayi menangis dengan berteriak tentu akan menarik perhatian dan ibu akan memberi makan kepadanya.

Saudara-saudara,
Saya khawatir kita apes seperti ini bukan tidak ada jatah kita, tapi kita
tidak mengambilnya hanya sedikit. Jangan-jangan jatah saudara seratus juta perbulan tapi mengambilnya hanya lima ratus ribu. Jika sudah bekerja keras itu masih belum cukup. Bekerja keras itu urusan fisik, bekerja cerdas itu urusan otak dan bekerja ikhlas itu urusan hati. Kalau ketiganya jalan baru ketemu.

Tanpa bermaksud meremehkan saudara kita tukang becak itu tidak kurang kerja kerasnya. Karena kalau tidak didorong tidak akan maju, tapi hasilnya hanya sepuluh ribu perhari. Tidak cukup mengandalkan otot saja, hati dan otak harus diperhatikan. Maka saudara-saudara jangan sampai berpikir licik untuk mendapatkan rezeki, rezeki itu tidak akan kemana-mana.

Rezeki yang ketiga adalah rezeki yang dijanjikan. Kita harus jatahkan setiap mendapatkannya harus langsung dikeluarkan sedekah/zakatnya. Demi Allah, Allah sudah berjanji barangsiapa yang ahli syukur nikmat yang ada Allah akan tambahkan. Tidak akan berkurang harta dengan sedekah, kecuali bertambah dan bertambah. Inilah rumusnya kalau tidak mau uang kita sia-sia.

Walhamdulillahi Robbil'alamin.

Jumat, 16 November 2007

PEMBANGUNAN JALAN TOL UNTUK SEMUA


Jumlah kendaraan yang meningkat saat ini tidak didukung oleh jumlah ruas jalan yang dibangun yang mengakibatkan terjadinya kemacetan hampir diseluruh ruas jalan di Jabodetabek, hal tersebut didukung pula oleh perluasan pemukiman diluar ibukota Jakarta seperti di Tangerang, Bekasi, Bogor dan Depok yang menyebabkan terjadinya arus komuter dari luar Jakarta menuju ke Ibukota.

Pemerintah baik Pusat dan Daerah harus memutar otak untuk mengantisipasi kondisi tersebut diantaranya dengan dibangunnya busway di sejumlah ruas di ibukota yang tanpa disertai dengan pembangunan infrastruktur terlebih dahulu sehingga memperparah kondisi kemacetan diibukota Jakarta, ditambah lagi dengan pembangunan MRT (Mass Rapid Transportation) yang sampai saat ini belum jelas juntrungannya, selain itu sebelumnya Pemerintah Daerah juga memberlakukan sistem three in one di sejumlah jalan protokol di Jakarta hanya memindahkan titik kemacetan disejumlah jalan alternatif Jakarta.

Baru-baru ini Pemerintah akan merencanakan ERP atau penggunaan tiket untuk melewati jalan protokol di Jakarta seperti di Jalan Sudirman dan jalan Husni Thamrin, tentunya pengguna jalan harus membayar sejumlah uang tertentu untuk masuk kejalan tersebut.

Tahun dekade tahun 1990-an Pemerintah mulai merencanakan pembangunan jalan tol dalam kota setelah dianggap berhasil membangun ruas jalan tol Cawang – Priok, program ini dilanjutkan dengan membangun Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) ruas Kp Rambutan – Lebak Bulus. Setelah jalan ini selesai seluruhnya pada tahun 2004 maka dilanjutkan sampai Cikunir yang diselesaikan pada bulan Agustus 2007. Pemerintah terus melanjutkan program tersebut dengan membuka ruas Jalan Tol penyangga ibukota dengan membuka Jalan Tol Ruas Cinere – Jagorawi, Ruas Depok – Antasari, Jagorawi – Cibitung dan sejumlah ruas jalan tol dalam kota.

Jalan Tol merupakan salah satu alternatif yang dinilai cukup layak untuk mengantisipasi ledakan arus komuter dari daerah penyangga pemukiman Jakarta, dan juga merupakan salah satu alternatif memajukan daerah sekitar yang dilalui oleh jalan tol karena membuka akses untuk wilayah yang dilalui jalan tersebut.

Saat ini Jalan Tol yang dibangun tersebut membutuhkan dana yang besar untuk membangun dan mengelolanya oleh karena itu, Pemerintah merasa program ini harus berhasil, tetapi karena keterbatasan dana Pemerintah mengundang para investor untuk menanamkan modal guna membangun jalan tol tersebut dengan perjanjian konsesi pengelolaan selama lebih dari 30 tahun kepada para investor.

PT. Translingkar Kita Jaya merupakan konsorsium dari 4 perusahaan di Indonesia terdiri dari PT. Transindo Karya Investama yang merupakan anak Perusahaan Kelompok Kompas Gramedia, PT. Waskita Karya, PT. Jalantol Lingkarluar Jakarta dan PT. Kopnatel Jaya berhasil memenangkan tender pembangunan dan pengelolaan Jalan Tol Ruas Cinere – Jagorawi dari Pemerintah.

Semoga niat baik Pemerintah melalui PT. Translingkar Kita Jaya untuk membangun ruas tol tersebut senantiasa mendapatkan kelancaran guna memajukan wilayah regional pada khususnya dan Pemerintah pada umumnya, selain itu juga dapat memajukan Kota Depok dan sekitarnya dan memudahkan arus komuter dari wilayah sekitarnya menuju Ibukota kita tercinta ini.

Selasa, 06 November 2007

ARTI SEBUAH KEBEBASAN

Oleh : Ridwan Hardiawan S.Psi

Pada tahun 1998 menggelegaklah semua keterhimpitan, ketidakbebasan, pembredelan dan segala sesuatu yang menghambat ketidakleluasan rakyat terhadap apa yang namanya Aspirasi, timbulah bentuk reformasi disegala bidang yang dimulai oleh kaum mahasiswa dan menyebar keseluruh [elosok Negeri ini.

Reformasi memiliki harga yang mahal dinegeri ini dengan gugurnya para pejuang reformasi dan tewasnya rakyat tidak berdosa, mereka gugur untuk negara ini bukan untuk sebuah kesia-siaan. Waktu bergulir zaman berganti, arti sebuah reformasi menjadi bias dengan arti kebebasan.

Reformasi pers ditandai dengan kebebasan pers yang pada akhirnya bergulirlah media-media dengan gambar para perempuan muda dengan busana yang sangat minim yang mengundang birahi, infotainment dengan berita gunjingan para pesohor negeri yang sibuk kawin-cerai, dan gaya hidup yang hedonis menjadi komoditi pers yang “menjual”, para politikus yang sibuk bermain “politik kepentingan” berbicara layaknya manusia sempurna.

Rakyat yang berdemonstrasi entah membela siapa, gontok-gontokan berkelahi entah mendukung yang mana, para politikus muda berbicara entah apa tujuannya, sehingga terkadang kita menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah.

Para pemuda semakin tidak mengenal siapa figur yang menjadi panutan, mereka sibuk dengan gaya hidup yang serba praktis, prestise, dan bahkan apatis. Sehingga mencari kesenangan dengan cara mereka sendiri, lihatlah fenomena belakangan ini jumlah pemakai Narkoba meningkat drastis sejak tahun 1998 hampir dua kali lipatnya bertambah setiap tahun, pergaulan bebas yang mengakibatkan remaja hamil diluar nikah bahkan pengguguran kandungan mencapai angka yang fantastis beberapa tahun belakangan ini, dan angka pengidap HIV AIDS semakin bertambah, baik melalui hubungan seks maupun melalui jarum suntik Narkoba.

Yang saat ini menjadi sorotan adalah kasus gank motor di Jawa Barat tepatnya di Bandung dan sekitarnya yang sangat meresahkan, mereka memiliki motto berani melawan orangtua, berani melawan aparat, dan berani melakukan tindakan kriminal, mereka sudah menelan korban tewas sampai pertangahan tahun 2007 saja 3 orang tewas dibantai oleh gank motor tersebut. Mereka mengartikan kebebasan secara salah kaprah, antikemapanan, dan antisosial

Sejarah membuktikan bahwa setiap perubahan membutuhkan pengorbanan tetapi pengorbanan bukan untuk suatu kesia-siaan tetapi untuk pengorbanan, Restorasi Meiji merubah Jepang dari negara tradisional menjadi negara industri yang membutuhkan pengorbanan para tentara kerajaan yang tidak rela negaranya berubah tetapi saat ini semua rakyat jepang merasakan perubahan tersebut sangat menguntungkan. Bagaimana di Indonesia kita sudah terlalu lama tenggelam dalam eforia kebebasan tanpa kendali, apa yang kita butuhkan dalam mengendalikan perubahan ini :


1. Siapkan para pemimpin yang dapat menjadi figur masyarakat dimana kehidupannya bersahaja, keluarganya memberikan inspirasi bagi kepada seluruh keluarga diseluruh bangsa Indonesia, tutur katanya dapat dipercaya, ketaqwaannya tidak diragukan, pendidikannya memadai bagi kepemimpinannya.

2. Letakan Hukum sebagai panglima tertinggi di negeri ini, ciptakan kepastian hukum bagi rakyat, jauhkan hukum dan perangkatnya dari KKN, nilai yang mahal dari suatu produk hukum adalah kekonsistenan dari suatu produk hukum.

3. Realisasikan dana pendidikan sebesar 20 % dari APBN agar dapat tercipta pendidikan Indonesia yang berkualitas sehingga dapat menghapuskan anak putus sekolah dan buta huruf di Indonesia.

4. Ciptakan Agama sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

5. Gunakan Media baik cetak, Internet, radio atau televisi sebagai sarana pendidikan dan bukan sebagai propaganda suatu kepentingan, acara-acara yang mubazir, dan menebar aurat.

6. Lindungilah Keluarga dengan sanak saudara dari ancaman kebebasan yang kebablasan dengan agama dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.


Ya Alloh, Ya Rabb Kami lindungilah bangsa ini dari azabMu ya Alloh, berikanlah kami setetes hidayahMu agar hamba dapat melangkah dijalanmu, lindungilah keluarga kami dari segala malapetaka dan marabahaya dunia.

Rabu, 31 Oktober 2007

Kisah Seorang Pemeriksa Pajak Melawan Korupsi

Sebagai pegawai Departemen Keuangan, saya tidak gelisah dan tidak kalangkabut akibat prinsip hidup korupsi. Ketika misalnya, tim Inspektorat Jenderal datang, BPKP datang, BPK datang, teman-teman di kantor gelisah dan belingsatan, kami tenang saja. Jadi sebenarnya hidup tanpa korupsi itu sebenarnya lebih menyenangkan.

Meski orang melihat kita sepertinya sengsara, tapi sebetulnya lebih menyenangkan. Keadaan itu paling tidak yang saya rasakan langsung.

Saya Arif Sarjono, lahir di Jawa Timur tahun 1970, sampai dengan SMA di Mojokerto, kemudian kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan selesai pada 1992. Pada 17 Oktober 1992 saya menikah dan kemudian saya ditugaskan di Medan. Saya ketika itu mungkin termasuk generasi pertama yang mencoba menghilangkan dan melawan arus korupsi yang sudah sangat lazim.Waktu itu pertentangan memang sangat keras. Saya punya prinsip satu saja, karena takut pada Allah, jangan sampai ada rezeki haram menjadi daging dalam diri dan keturunan. Itu saja yang selalu ada dalam hati saya.

Kalau ingat prinsip itu, saya selalu menegaskan lagi untuk mengambil jarak yang jelas dan tidak menikmati sedikit pun harta yang haram. Syukurlah, prinsip itu bisa didukung keluarga, karena isteri juga aktif dalam pengajian keislaman. Sejak awal ketika menikah, saya sampaikan kepada isteri bahwa saya pegawai negeri di Departemen Keuangan, meski imej banyak orang, pegawai Departemen Keuangan kaya, tapi sebenarnya tidak begitu. Gaji saya hanya sekian, kalau mau diajak hidup sederhana dan tanpa korupsi, ayo. Kalau tidak mau, ya sudah tidak jadi.

Dari awal saya sudah berusaha menanamkan komitmen kami seperti itu. Saya juga sering ingatkan kepada isteri, bahwa kalau kita konsisten dengan jalan yang kita pilih ini, pada saat kita membutuhkan maka Allah akan selesaikan kebutuhan itu. Jadi yg penting usaha dan konsistensi kita. Saya juga suka mengulang beberapa kejadian yg kami alami selama menjalankan prinsip hidup seperti ini kepada istri. Bahwa yg penting bagi kita adalah cukup dan berkahnya, bahwa kita bisa menjalani hidup layak. Bukan berlebih seperti memiliki rumah dan mobil mewah.

Menjalani prinsip seperti ini jelas banyak ujiannya. Di mata keluarga besar misalnya, orangtua saya juga sebenarnya mengikuti logika umum bahwa orang pajak pasti kaya. Sehingga mereka biasa meminta kami membantu adik-adik dan keluarga. Tapi kami berusaha menjelaskan bahwa kondisi kami berbeda dengan imej dan anggapan orang. Proses memberi pemahaman seperti ini pada keluarga sulit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sampai akhirnya pernah mereka berkunjung ke rumah saya di Medan, saat itulah mereka baru mengetahui dan melihat bagaimana kondisi keluarga saya, barulah perlahan-lahan mereka bisa memahami.

Jabatan saya sampai sekarang adalah petugas verifikasi lapangan atau pemeriksa pajak. Kalau dibandingkan teman-teman seangkatan sebenarnya karir saya bisa dikatakan terhambat antara empat sampai lima tahun. Seharusnya paling tidak sudah menjabat Kepala Seksi, Eselon IV. Tapi sekarang baru Eselon V. Apalagi dahulu di masa Orde Baru, penentangan untuk tidak menerima uang korupsi sama saja dengan karir terhambat. Karena saya dianggap tidak cocok dengan atasan, maka kondite saya di mata mereka buruk.Terutama poin ketaatannya, dianggap tidak baik dan jatuh.

Banyak pelajaran yang bisa saya petik dari semua pengalaman itu. Antara lain, orang-orang yang berbuat jahat akan selalu berusaha mencari kawan apa pun caranya. Cara keras, pelan, lewat bujukan atau apa pun akan mereka lakukan agar mereka mendapat dukungan. Mereka pada dasarnya tidak ingin ada orang yang bersih. Mereka tidak ingin ada orang yang tidak seperti mereka.

Pengalaman di kantor yang paling berkesan ketika mereka menggunakan cara paling halus, pura-pura berteman dan bersahabat. Tapi belakangan, setelah sekian tahun barulah ketahuan, kita sudah dikhianati. Cara seperti in seperti sudah direkayasa. Misalnya, pegawai-pegawai baru didekati. Mereka dikenalkan dengan gaya hidup dan cara bekerja pegawai lama, bahwa seperti inilah gaya hidup pegawai Departemen Keuangan.

Bila tidak berhasil, mereka akan pakai cara lain lagi, begitu seterusnya. Pola-pola apa saja dipakai, sampai mereka bisa merangkul orang itu menjadi teman.

Saya pernah punya atasan. Dari awal ketika memperkenalkan diri, dia sangat simpatik di mata saya. Dia juga satu-satunya atasan yang mau bermain ke rumah bawahan. Saya dengan atasan itu kemudian menjadi seperti sahabat, bahkan seperti keluarga sendiri. Di akhir pekan, kami biasa memancing sama-sama atau jalan-jalan bersama keluarga. Dan ketika pulang, dia biasa juga menitipkan uang dalam amplop pada anak-anak saya.

Saya sendiri menganggap pemberian itu hanya hadiah saja, berapalah hadiah yang diberikan kepada anak-anak. Tidak terlalu saya perhatikan. Apalagi dalam proses pertemanan itu kami sedikit saja berbicara tentang pekerjaan. Dan dia juga sering datang menjemput ke rumah, mangajak mancing atau ke toko buku sambil membawa anak-anak.

Hingga satu saat saya mendapat surat perintah pemeriksaan sebuah perusahaan besar. Dari hasil pemeriksaan itu saya menemukan penyimpangan sangat besar dan luar biasa jumlahnya. Pada waktu itu, atasan melakukan pendekatan pada saya dengan cara paling halus. Dia mengatakan, kalau semua penyimpangan ini kita ungkapkan, maka perusahaan itu bangkrut dan banyak pegawai yang di-PHK. Karena itu, dia menganggap efek pembuktian penyimpangan itu justru menyebabkan masyarakat rugi. Sementara dari sisi pandang saya, betapa tidak adilnyakalau tidak mengungkap temuan itu. Karena sebelumnya ada yang melakukan penyimpangan dan kami ungkapkan. Berarti ada pembedaan. Jadwal penagihannya pun sama seperti perusahaan lain.

Karena dirasa sulit mempengaruhi sikap saya, kemudian dia memakai logika lain lagi. Apakah tidak sebaiknya kalau temuan itu diturunkan dan dirundingkan dengan klien, agar bisa membayar pajak dan negara untung, karena ada uang yang masuk negara. Logika seperti ini juga tidak bisa saya terima. Waktu itu, saya satu-satunyaanggota tim yang menolak dan memintaagar temuan itu tetap diungkap apa adanya. Meski saya juga sadar, kalau saya tidak menandatangani hasil laporan itu pun, laporan itu akan tetap sah. Tapi saya merasa teman-teman itu sangat tidak ingin semua sepakat dan sama seperti mereka. Mereka ingin semua sepakat dan sama seperti mereka. Paling tidak menerima.

Ketika sudah mentok semuanya, saya dipanggil oleh atasan dan disidang di depan kepala kantor. Dan ini yang amat berkesan sampai sekarang, bahwa upaya mereka untuk menjadikan orang lain tidak bersih memang direncanakan.

Di forum itu, secara terang-terangan atasan yang sudah lama bersahabat dan seperti keluarga sendiri dengan saya itu mengatakan, “Sudahlah, Dik Arif tidak usah munafik.” Saya katakan, “Tidak munafik bagaimana Pak? Selama ini saya insya Allah konsisten untuk tidak melakukan korupsi” Kemudian ia sampaikan terus terang bahwa uang yang selama kurang lebih dua tahun ia berikan pada anak sayaadalah uang dari klien. Ketika mendengar itu, saya sangat terpukul, apalagi merasakan sahabat itu ternyata berkhianat.Karena terus terang saya belum pernah mempunyai teman sangat dekat seperti itu, kacuali yang memang sudah sama-sama punya prinsip untuk menolak uang suap.

Bukan karena saya tidak mau bergaul, tapi karena kami tahu persis bahwa mereka perlahan-lahan menggiring ke arah yang mereka mau.

Ketika merasa terpukul dan tidak bisa membalas dengan kata-kata apa pun, saya pulang. Saya menangis dan menceritakan masalah itu pada isteri saya di rumah. Ketika mendengar cerita saya itu, isteri langsung sujud syukur.

Ia lalu mengatakan, “Alhamdulillah. Selama ini uang itu tidak pernah saya pakai,” katanya. Ternyata di luar pengatahuan saya, alhamdulillah, amplop-amplo itu tidak digunakan sedikit pun oleh isteri saya untuk keperluan apa pun. Jadi amplop-amplop itu disimpan di sebuah tempat, meski ia sama sekali tidak tahu apa status uang itu. Amplop-amplop itu semuanya masih utuh. Termasuk tulisannya masih utuh, tidak ada yang dibuka. Jumlahnya berapa saya juga tidak tahu. Yang jelas, bukan lagi puluhan juta. Karena sudah masuk hitungan dua tahun dan diberikan hampir setiap pekan.

Saya menjadi bersemangat kembali. Saya ambil semua amplop itu dan saya bawa ke kantor. Saya minta bertemu dengan kepala kantor dan kepala seksi.

Dalam forum itu, saya lempar semua amplop itu di hadapan atasan saya hingga bertaburan di lantai. Saya katakan, “Makan uang itu, satu rupiah pun saya tidak pernah gunakan uang itu. Mulai saat ini, saya tidak pernah percaya satu pun perkataan kalian.” Mereka tidak bisa bicara apa pun karena fakta obyektif, saya tidak pernah memakai uang yang mereka tuduhkan. Tapi esok harinya, saya langsung dimutasi antar seksi. Awalnya saya diauditor, lantas saya diletakkan di arsip, meski tetap menjadi petugas lapangan pemeriksa pajak. Itu berjalan sampai sekarang.

Ketika melawan arus yang kuat, tentu saja da saat tarik-menarik dalam hati dan konflik batin. Apalagi keluarga saya hidup dalam kondisi terbatas. Tapi alhamdulillah, sampai sekarang saya tidak tergoda untuk menggunakan uang yang tidak jelas. Ada pengalaman lain yang masih saya ingat sampai sekarang. Ketika saya mengalami kondisi yang begitu mendesak. Misalnya, ketika anak kedua lahir.

Saat itu persis ketika saya membayar kontrak rumah dan tabungan saya habis. Sampai detik-detik terakhir harus membayar uang rumah sakit untuk membawa isteri dan bayi kami ke rumah, saya tidak punya uang serupiah pun.

Saya mau bcara dengan pihak rumah sakit dan terus terang bahwa insya Allah pekan depan akan saya bayar, tapi saya tidak bisa ngomong juga. Akhirnya saya keluar sebentar ke masjid untuk sholat dhuha. Begitu pulang dari sholat dhuha, tiba-tiba saja saya ketemu teman lama di rumah sakit itu. Sebelumnya kami lama sekali tidak pernah jumpa. Dia dapat cerita dari teman bahwa isteri saya melahirkan, maka dia sempatkan datang ke rumah sakit. Wallahu a’lam apakah dia sudah diceritakan kondisi saya atau bagaimana, tetapi ketika ingin menyampaikan kondisi saya pada pihak rumah sakit, saya malah ditunjukkan kwitansi seluruh biaya perawatan isteri yang sudah lunas. Alhamdulillah.

Adalagi peristiwa hampir sama, ketika anak saya operasi mata karena ada lipoma yang harus diangkat. Awalnya, saya pakai jasa askes. Tapi karena pelayanan pengguna Askes tampaknya apa adanya, dan saya kasihan karena anak saya baru berumur empat tahun, saya tidak pakai Askes lagi. Saya ke Rumah Sakit yang agak bagus sehingga pelayanannya juga agak bagus. Itu saya lakukan sambil tetap berfikir, nanti uangnya pinjam dari mana?

Ketika anak harus pulang, saya belum juga punya uang. Dan saya paling susah sekali menyampaikan ingin pinjam uang. Alhamdulillah, ternyata Allah cukupkan kebutuhan itu pada detik terakhir. Ketika sedang membereskan pakaian di rumah sakit, tiba-tiba Allah pertemukan saya dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Ia bertanya bagaimana kabar, dan saya ceritakan anak saya sedang dioperasi. Dia katakan, “Kenapa tidak bilang-bilang” Saya sampaikan karena tidak sempat saja. Setelah teman itu pulang, ketika ingin menyampaikan penundaan pembayaran, ternyata kwitansinya juga sudah dilunasi oleh teman itu.
Alhamdulillah.

Saya berusaha tidak terjatuh ke dalam korupsi, meski masih ada tekanan keluarga besar, di luar keluarga inti saya. Karena ada teman yang tadinya baik tidak memakan korupsi, tapi jatuh karena tekanan keluarga. Keluarganya minta bantuan, karena takut dibilang pelit, mereka terpaksa pinjam sana sini. Ketika harus bayar, akhirnya mereka terjerat korupsi juga. Karena banyak yang seperti itu, dan saya tidak mau terjebak begitu, saya berusaha dari awal tidak demikian. Saya berusaha cari usaha lain, dengan mengajar dan sebagainya. Isteri saya juga bekerja sebagai guru.

Di lingkungan kerja, pendekatan yang saya lakukan biasanya lebih banyak dengan bercanda. Sedangkan pendekatan serius, sebenarnya mereka sudah puas dengan pendekatan itu, tapi tidak berubah. Dengan pendekatan bercanda, misalnya ketika datang tim pemeriksa dari BPK, BPKP, atau Irjen. Mereka gelisah sana-sini kumpulkan uang untuk menyuap pemeriksa. Jadi mereka dapat suap lalu menyuap lagi. Seperti rantai makanan. Siapa memakan siapa.

Uang yang mereka kumpulkan juga habis untuk dipakai menyuap lagi. Mereka selalu takut ini takut itu. Paling sering saya hanya mengatakan dengan bercanda, “Uang setan ya dimakan hantu.”

Dari percakapan seperti itu ada juga yang mulai berubah, kemudian berdialog dan akhirnya berhenti sama sekali. Harta mereka jual dan diberikan kepada masyarakat. Tapi yang seperti itu tidak banyak. Sedikit sekali orang yang bisa merubah gaya hidup yang semula mewah lalu tiba-tiba miskin. Itu sulit sekali.

Ada juga diantara teman-teman yang beranggapan, dirinya tidak pernah memeras dan tidak memakan uang korupsi secara langsung. Tapi hanya menerima uang dari atasan. Mereka beralasan toh tidak meminta dan atasan itu hanya memberi. Mereka mengatakan tidak perlu bertanya uang itu dari mana. Padahal sebenarnya, dari ukuran gaji kami tahu persis bahwa atasan kami tidak akan pernah bisa memberikan uang sebesar itu.

Atasan yang memberikan itu berlapis-lapis. Kalau atasan langsung biasanya memberi uang hari Jum’at atau akhir pekan. Istilahnya kurang lebih uang Jum’atan. Atasan yang berikutnya lagi pada momen berikutnya memberi juga.

Kalau atasan yang lebih tinggi lagi biasanya memberi menjelang lebaran dan sebagainya. Kalau dihitung-hitung sebenarnya lebih besar uang dari atasan dibanding gaji bulanan. Orang-orang yang menerima uang seperti ini yang sulit berubah. Mereka termasuk rajin sholat, puasa sunnah dan membaca Al-Qur’an. Tetapi mereka sulit berubah. Ternyata hidup dengan korupsi memang membuat sengsara. Di antara teman-teman yang korupsi, ada juga yang akhirnya dipecat, ada yang melarikan diri karena dikejar-kejar polisi, ada yang isterinya selingkuh dan lain-lain. Meski secara ekonomi mereka sangat mapan, bukan hanya sekadar mapan.

Yang sangat dramatis, saya ingat teman sebangku saya saat kuliah di STAN.

Awalnya dia sama-sama ikut kajian keislaman di kampus. Tapi ketika keluarganya mulai sering minta bantuan, adiknya kuliah, pengobatan keluarga dan lainnya, dia tidak bisa berterus terang tidak punya uang. Akhirnya ia mencoba hutang sana-sini. Dia pun terjebak dan merasa sudah terlanjur jatuh, akhirnya dia betul-betul sama dengan teman-teman di kantor. Bahkan sampai sholat ditinggalkan. Terakhir, dia ditangkap polisi ketika sedang mengkonsumsi narkoba. Isterinya pun selingkuh. Teman itu sekarang dipecat dan dipenjara.

Saya berharap akan makin banyak orang yang melakukan jihad untuk hidup yang bersih. Kita harus bisa menjadi pelopor dan teladan di mana saja. Kiatnya hanya satu, terus menerus menumbuhkan rasa takut menggunakan dan memakan uang haram. Jangan sampai daging kita ini tumbuh dari hasil rejeki yang haram. Saya berharap, mudah-mudahan Allah tetap memberikan pada kami keistiqomahan (matanya berkaca-kaca) .

Sumber: (Majalah Tarbawi Edisi 111 Th. 7/Jumadal Ula 1426 H/23 Juni 2005)

Senin, 29 Oktober 2007

KENAPA INDONESIA MASIH TERPURUK

APA sih yang kurang dari Indonesia?. Alamnya, kaya dan indah. Penduduknya, banyak dan tahan menderita. Orang cerdik cendikia-nya cukup bisa diandalkan. Kebudayaannya, plural dan nyeni. Masa lalunya adalah sejarah kejayaan Sriwijaya dan Majapahit. Agama-agamanya, galibya, hidup berdampingan secara damai. Apa yang kurang?.

Kalau dikatakan; sejarah Indonesia merdeka masih terlalu pendek karena baru berusia 61 tahun, bukankah pada tahun 1945 Jepang luluh lantak?. Bukankah pada masa perang dunia kedua itu, Jerman kalah dan terbelah?. Bukankah Korea Selatan masih belum muncul ke permukaan?. Bukankah Malaysia masih belum ‘apa-apa’?. Bukankah ketika itu, Indonesia tidak jauh beda dengan China dan India?.

Tetapi kenapa kini Jerman menjadi petinggi ekonomi di Eropa?. Kenapa kini Jepang masuk jajaran negara dengan per kapita tertinggi di dunia?. Kenapa Korea Selatan sudah berada di urutan terkemuka produsen teknologi dunia?. Kenapa Malaysia merasa sah mengklaim diri sebagai ‘Truly Asia’?. Kenapa India menjadi negara besar dengan sumber daya manusia, nuklir dan ekonomi yang siap berkompetisi di dunia?. Kenapa China menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi di dunia dan diramalkan bakal menyalip Amerika pada 2030 nanti?. Kenapa mereka lari tunggang-langgang mengejar kemajuan dan kita masih jalan di tempat?. Ada apa dengan kita?.

BUKANKAH pada tahun 1945 itu, ketika para founding father memproklamirkan kemerdekaan, cita-cita sudah dibentang; pintu gerbang sudah dibuka dan jembatan emas ke masa depan sudah dibangun?. Bukankah cita-cita itu begitu indah, bahkan buat sekedar dibayangkan sekalipun: "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...".

Dimana sekarang perlindungan negara terhadap rakyat Indonesia, ketika tenaga kerja Indonesia di luar negeri banyak yang terancam tindak kekerasan tanpa perlindungan hukum?. Dimana sekarang pemenuhan kesejahteraan umum, ketika kemiskinan dan pengangguran masih menjadi dua ancaman terbesar kelangsungan hidup puluhan juta rakyat Indonesia?. Dimana sekarang pencerdasan kehidupan bangsa, ketika pendidikan masih mahal dan kenyataan anggaran pendidikan yang inkonstitusional?. Dimana sekarang posisi tawar Indonesia di dunia internasional ketika hutang sudah lebih dari seribu trilyun rupiah dan banyak kekayaan alam dalam negeri yang ‘dijual’ ke pihak asing?. Kemana mimpi-mimpi indah itu menguap?.

Ternyata, mimpi adalah satu hal dan kenyataan adalah hal lain. Hegel memang pernah mengatakan kalau ide bisa merubah sejarah. Sejarah, menurutnya, digerakkan oleh akal universal; akal mutlak yang lahir sebagai ujung sintesa dari dialektika panjang yang melahirkan perubahan-perubahan sejarah yang bergerak menuju kesempurnaannya. Dialektika Hegel ujung-ujungnya melahirkan bangsa Jerman sebagai puncak sejarah. Bangsa Jerman mendapatkan bahan bakar yang tak habis-habisnya untuk bergerak meraih kebesarannya dari filsafat Hegel.

Tafsir sejarah Hegel ternyata kemudian dipatahkan oleh Karl Marx. Sejarah, menurutnya, tidak digerakkan oleh dunia ide, tetapi oleh materi. Ketika Hegel melihat bahwa dunia materi adalah bayang-bayang apa yang sesungguhnya bergerak di dunia ide, Marx melihat bahwa dunia ide -dengan segala apa yang disebutnya supra struktur-adalah refleksi semata dari dunia materi. Yang menggerakkan sejarah adalah materi, alat produksi dan pertarungan kelas. Marx yang melihat Hegel berdiri dengan kepala di bawah telah menjadikannya berdiri di atas kedua kakinya. Dua pertiga wajah dunia pernah diwarnai tafsir sejarah Marx, sampai glassnot dan prestroika-nya Gorbachev menandai akhir kejayaan Uni Soviet sebagai negara ‘mbah’-nya marxisme.

Sementara itu, Arnold Toynbee melihat sejarah sebagai satuan peradaban yang mengalami fase lahir, berkembang dan kemudian mati. Peradaban, menurutnya, lahir dari proses mengatasi tantangan (at-tahaddi wa al-istijabah). Banyak peradaban yang layu sebelum berkembang karena tidak mampu mengatasi tantangan-tantangan. Kemajuan peradaban ditentukan oleh seberapa banyak tantangan yang berhasil di taklukkan, baik itu tantangan alam (cuaca, bencana dst) maupun tantangan manusia (perang dst). Segala kemajuan di dunia pengetahuan dan teknik adalah wujud nyata dari kemampuan mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Begitu sebuah komunitas berhenti berjuang mengatasi tantangan, artinya ia sedang bersiap-siap menggali liang kuburannya sendiri.

Dalam proses tumbuh dan berkembangnya sebuah peradaban, empat titik penting yang diperhatikan Toynbee adalah : 1. Aktualisasi diri. Bahwa langkah demi langkah yang diayukan untuk kemajuan peradaban adalah bentuk aktualisasi diri individu-individu merdeka pembentuk komunitas dimana peradaban itu tumbuh dan berkembang. 2. Interaksi individu dan masyarakat. Bahwa masyarakat adalah kerangka bagi hubungan interdependensi individu-individu untuk berkarya bersama. Dalam hal ini, tidak ada dualisme bahwa yang secara hakiki ada hanyalah individu saja (individualisme) atau masyarakat saja (sosialisme). 3. Berhenti dan kembali bergerak. Gerak maju peradaban bukanlah gerak acak yang tidak beraturan. Ia terdiri dari sebentuk serial diam dan bergerak: diam untuk merenung, mencari inspirasi, memeriksa keberhasilan-kegagalan; bergerak untuk kembali bekerja, mencipta dan berjuang mengatasi tantangan dengan darah dan semangat baru. 4. Keragaman dalam kesatuan. Peradaban yang bergerak maju terdiri dari satuan yang menaungi keragaman. Seperti benih yang ditanam petani. Ia ditanam di satu ladang, dari satu jenis, oleh petani yang sama, namun setiap benih memiliki eksistensi, keunikan dan bentuk yang berbeda ketika dipanen.

Kalau tafsir Hegel dipatahkan Marx dan tafsir marxisme-sosialisme ternyata terbantahkan oleh keruntuhannya berbarengan dengan berakhirnya perang dingin, tafsir peradaban-nya Toynbee setidaknya menghadapi dua kritik mendasar: 1. pengamatan lebih rinci terhadap kehidupan sebuah peradaban membuktikan bahwa ia bukanlah satuan bulat yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Boleh jadi, dalam satu bagian sebuah komunitas mengalami kemunduran namun pada bagian yang lain ia mencatat kemajuan. 2. Toynbee tidak setia dengan metodologi induktif yang ditetapkannya sendiri. Ia hanya mengambil fakta-fakta yang mendukung asumsinya; sesuatu yang menjadikan teorinya mengidap cacat metodologis.

DALAM bukunya : Tafsir Islam terhadap Sejarah (at-Tafsir al-Islami li at-Tarikh), Dr. Imaduddin Khalil, intelektual Irak, mencoba menampilkan pandangan al-Qur’an terhadap sejarah manusia: kelahirannya, tabiatnya, faktor maju-mundurnya dan rotasinya di lintasan kehidupan manusia.

Dua kaki peradaban versi al-Qur’an adalah reformasi (ishlah) dan memerangi kerusakan (mujabahat al-fasad) dalam seluruh level dan penampakannya. Dua pilar ini bergerak dalam relasi seimbang dan harmonis antara segi tiga : Tuhan, manusia dan alam semesta. Relasi manusia dengan Tuhan diwakili kata kunci penugasan, keimanan, penghambaan, kemerdekaan diri dan tanggung jawab (istikhlaf, iman, ibadah, huriyah, mas’uliyah); bahwa manusia diturunkan ke muka bumi ini untuk memakmurkan dan membangun peradaban dengan kemerdekaan diri yang disertai tanggung jawab dalam hubungan keimanan dan penghambaan yang tiada putus-putusnya dengan Tuhan. Relasi manusia dengan alam dimanifestasikan oleh kata-kata kunci pendayagunaan akal dan keseimbangan (i’mal al’aql, at-tawazun); bahwa oleh karena manusia diberikan akal, ia wajib mendayagunakannya untuk menemukan rumus-rumus alam semesta dari materi yang paling kecil (mikrokosmos) sampai yang paling besar (makrokosmos) dengan tetap menjaga keseimbangan alam. Relasi Tuhan dengan alam terwakili oleh kata kunci penundukan (taskhir); bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia.

Ketika sebuah komunitas memiliki keinginan kuat dan kerja keras untuk menerapkan konsep ini, maka ia akan meraih kemajuan demi kemajuan. Sebab lingkup kemerdekaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia tetap berada dalam jangkuan kemampuan manusia, asal ia serius bekerja keras dengan tidak mengenal kata menyerah. Kemajuan yang dicapai lantas bukanlah kemajuan yang terbatas -sebatas kemajuan material misalnya, seperti kemajuan dunia barat saat ini-- tetapi kemajuan yang utuh, material dan nilai sekaligus.

MENJADI terjawab kemudian, apa yang kurang dari bangsa kita. Reformasi yang digulirkan sejak 1998, kurang total dan belum habis-habisan. Kerusakan dan perusakan kerap dibiarkan. Keimanan dan penghambaan kepada Tuhan tidak dihayati dan diamalkan dalam kehidupan. Etos kerja masih kedodoran. Alam tidak dirawat dalam keseimbangan. Ilmu pengetahuan dan teknologi belum kuat ditanamkan. Alih-alih merasa krisis, kaum elit yang mestinya memimpin perubahan ke arah perbaikan, malah hidup dalam gelimang kemewahan dengan gaji besar yang menginjak rasa keadilan. Apakah kita hendak menjadi bangsa yang layu sebelum berkembang?.

Inspirasi Peperangan Islam

Peperangan Islam yang terkenal adalah perang salib I dan II yang dipimpin oleh ksatria Islam Panglima Perang yang tangguh dan dicintai oleh Sang Penciptanya yaitu Shallahudin Al Ayubbi atau biasa dikenal dengan Sultan Salladin beliau adalah Panglima Perang yang adil dan bijaksana serta Humanis yang sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Demikian cuplikan ceritanya :

"Setelah shalat subuh tanggal 4 Juli 1187 pasukan Salahuddin mengepung posisi pasukan Salib. Begitu ketat pengepungan itu, sejarawan dari pasukan Salib menuliskan di dalam catatannya, “Bahkan kucing pun tidak akan dapat lolos dari jerat itu.” Ketika fajar menyingsing, serunai dari pasukan muslim berbunyi menandakan serbuan dimulai. Pasukan Salib yang terkepung menyerang dengan membabi-buta. Melihat pasukan Kristen menyerang, pasukan Salahuddin tidak membalas. Mereka malah membuka barisan mereka membentuk huruf “U” membiarkan pasukan Salib lewat. Begitu bukaan itu ditutup kembali, maka pasukan Salib itu menemukan ajal mereka.

Pasukan muslim sesudah itu melancarkan serangan bertubi-tubi menghabisi pasukan Kristen. Pasukan Salib memberikan perlawanan tanpa mampu berbicara, dan satu demi satu mereka dihabisi pedang pasukan Salahuddin. Ketika pertempuran masih berlangsung, sisa-sisa ksatira Salib berhimpun di sekitar kemah raja Guy. Putera Salahuddin ketika melihat sejumlah kecil pasukan Salib berhimpun di sekitar kemah Guy, berteriak memanggil ayahandanya bahwa kaum kafir telah dihabisi. Ayahandanya menjawab, selama kemah itu belum rebah perang belum dimenangkan, habisi mereka! Di dalam kemahnya Guy yang sedang gemetar memegang erat-erat Salib Suci-nya. Seorang prajurit muslim masuk dan menyerang himpunan ksatria Salib yang tersisa, dan tidak lama kemudian kemah itu rebah rata dengan tanah..

Para panglima dan komandan pasukan Salib yang masih hidup ditawan dan dikumpulkan di perkemahan Salahuddin. Seorang komandan pasukan muslim rupanya telah mendirikan sebuah kemah khusus untuk maksud itu. Prajurit rendahan Kristen dijadikan budak. Konon dicerirtakan, seorang prajurit muslim begitu banyak mendapat budak tawanan, ia menawarkan untuk menukar seorang tawanannya dengan sepasang sepatu. Terhadap ksatria Templar, Salahuddin tidak memberikan pengampunan, kecuali terhadap pimpinannya, Gerard de Ridefort. Setiap ksatria Templar dan Hospitaller dipaksa bertekuk lutut untuk kemudian dipancung oleh seorang algojo muslim
.

Di kemahnya Salahuddin membebaskan para pangeran yang tertawan dengan uang tebusan yang tinggi. Raja Guy dari Jerusalem yang kehausan dan ketakutan bertiarap di tanah memohon air. Salahuddin memberinya semangkok air dan Guy meminumnya tergopoh-gopoh. Guy menawarkan air itu kepada Reynald yang terus memandang ketika Guy minum. Salahuddin melihat keadaan itu segera bangkit dari tempat duduknya dan menendang mangkok air dari tangan pangeran Antiochia itu. Tradisi perang memang demikian. Bila sang pemenang mengizinkan seseorang minum air dari mangkok miliknya, hal itu menjadi isyarat bahwa nyawanya selamat. Tetapi rupanya tidak demikian halnya dengan Reynald. Keputusan hukuman mati baginya telah menjadi kenyataan.

Kemurkaan Salahuddin tidak terbendung, karena Reynald menghujat Nabi Muhammad, Junjungan kaum muslimin. Salahuddin menghunus pedangnya dan sekali tebas memotong salah satu lengan Reynald. Sebelum lengan yang jatuh itu mencapai tanah, seorang prajurit muslim menebas leher Reynald, sehingga kepala itu terlepas dari badannya. Pada saat itu Salahuddin menoleh kepada raja Guy dari Jerusalem dan berucap, “Jangan takut, tidak ada kebiasaan seorang raja membunuh raja.” Raja Guy dibebaskan setahun kemudian pada tahun 1188 dari penjara Nablus sebagai seseorang yang sudah kehilangan harapan hidup, begitu juga para ksatria Templar dan Salib yang dikalahkan di Palagan Hattin. Sultan Salahuddin Al Ayyubi meninggal di Damsyik pada usia 55 tahun. Adiknya Sultan Al Malikul Adilsyah Al Ayyubi berhasil menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil Islam yang ada untuk menghadapi bala-tentara Salib".

Sebelumnya para penduduk dan bala tentara Muslim sangat kehilangan motivasi saat kehilangan Masjidil Aqsa, oleh karena itu Sang Panglima Perang Shallahudin Al Ayyubi mengadakan sayembara menciptakan pujian-pujian bagi Alloh dan Rosulullah berupa Shalawat atau mars Islami. Maka sayembara tsb dimenangkan oleh Ahmad Al-Barzanzi yang saat ini dikenal dengan shalawat Barzanzi yang dikumandangkan saat Maulud Nabi Muhammad SAW.

Dengan adanya Barzanzi ini secara signifikan meningkatkan semangat/Ghiroh para pejuang Islam, maka terbakarlah ghiroh Islami ini ditunjang lagi denga Figur sang Panglima Perang yang bersahaja lagi bertaqwa semakin bertambahlah semangat keislaman mereka untuk terlepas dari penjajahan kaum Crusader.

Kisah inilah yang patut dijadikan inspirasi bagi kaum Muslimin khususnya di Indonesia bahwa kita harus bangkit dari keterpurukan ini dengan bekerja keras tanpa melupakan berdoa dan berniat menuju yang terbaik bagi kehidupan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk melepaskan diri dari ujian dan cobaan yang tersurat dalam Surah AlQuran " Alloh tidak akan menguji diluar kemampuan hambanya".

ayo saudaraku bangkitlah dari keterpurukan ini :

- Saudaraku Penjual Bakso buatlah bakso dengan jujur dan enak tanpa menggunakan Boraks

- Saudaraku kondektur dan sopir bus patuhilah aturan lalu lintas dan jagalah keselamatan penumpang dan diri sendiri.

- Saudaraku para PNS bekerjalah yang jujur dengan loyalitas yang tinggi untuk negaramu tanpa KKN

- Saudaraku Karyawan Swasta bekerjalah dengan etos kerja yang tinggi dan rajin

- saudaraku Pelajar dan mahasiswa belajarlah dengan giat dan rajin kembangkan potensimu adikku agar ketika lulus engkau dapat memiliki kompetensi yang siap pakai.

- Saudaraku yang masih menganggur pantang menyerah tetaplah mencari pekerjaan atau ciptakan lapangan pekerjaan dan jangan lupa berdoa.

semoga niat suci ini senantiasa mendapat barokah dari Alloh SWT dan sedikit-sedikit dapat mengangkat kita dari keterpurukan ini. Amin.

Rabu, 10 Oktober 2007

Ridwan Sekeluarga mengucapkan;

TAQOBALLOHU MINNA HUAMINKUM MINAL AIDIN WAL FAIZIN

Mohon maaf Lahir dan Bathin

Met Idul Fitri1428 H

Jumat, 14 September 2007

10 KUALITAS PRIBADI YANG MULIA

Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh
semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan
kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau
memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi
dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap
rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.

Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang
setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat
segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk
sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang
lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka
mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan
sebagainya.

Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak
harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria
adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu
berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain,
juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.

Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk
disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana
adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya
diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia
tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci
dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak
membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka
membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-
masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir
dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah
yang berada di luar kontrolnya.

Empati

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja
pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua
belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia
selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Selasa, 04 September 2007

Sekedar Renungan Bagi Para Orang Tua

Dinukil dari : Sularso (motivasi-motivasi/www.Sularso.blogspot.com)

Jika masih tertahan kelopak mata ini untuk tetap terbuka hingga larut, atau
saat terjaga di pertengahan malam selalu saya sempatkan untuk menyambangi
kamar anak-anak. Saya hampiri dan tatap wajah mereka bergantian sambil
menghalau nyamuk yang hinggap di tubuh mereka. Wajah indah yang terlelap
itu menyibakkan kejujuran dalam hati, bahwa mereka hadir sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya.

Mereka ada untuk dicinta.
Terbayanglah kekesalan yang hampir tercipta akibat perbuatan dan tingkah
nakal mau pun pembangkangan mereka siang tadi. Terlintaslah amarah yang
nyaris meluap saat mereka tak mendengar perintah mau pun ketika peraturan
terlanggar. Beruntung kekesalan itu hanya sempat mampir di kepala dan tak
sampai keluar makian kasar yang pasti akan melukai telinga mereka.
Bersyukur amarah ini tak sekali pun sempat membuat mereka melihat saya
seperti monster yang menakutkan.

Mereka hanya anak-anak yang sangat pantas dan bisa sangat dimaafkan ketika
berbuat kesalahan. Jiwa mereka masih sangat rapuh untuk menerima kalimat dan perilaku kasar orang tua hanya karena kesalahan kecil yang mereka pun
mungkin tak sadar kalau itu benar-benar sebuah kesalahan.

Bisa jadi letak kesalahan justru terletak pada orang tua yang terlalu kaku
membuat peraturan, mengekang kebebasan mereka sebagai individu yang meski
masih kecil tetap saja seorang manusia yang berhak dan bebas memilih untuk
melakukan yang terbaik menurut mereka.

Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi lebih kepada
mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.

Menatap kembali wajah-wajah bersih itu dalam tidur mereka yang mungkin
sedang memimpikan Ayah dan Ibu yang tengah menimang dan membuai penuh kasih, tergambar jelas tak sedikit pun ada dosa di diri mereka. Kalau mau
menghitung-hitung, jangan-jangan justru kita lah yang lebih banyak berbuat
kesalahan terhadap mereka dibanding jumlah kesalahan kecil mereka.

Saya teringat banyak kejadian di luar. Misalnya ketika di sebuah angkot
seorang ibu memaki anaknya yang masih berusia empat tahun -dari posturnya
seukuran anak saya- dengan kalimat yang sangat belum waktunya anak sekecil
itu mendapatkannya. Belum lagi tempelengan yang sempat mampir di kepalanya.
"goblok lu ya, kalau jatuh mampus luh," hanya karena ia sempat melongok ke
arah pintu angkot. Sebuah kesalahan kecil yang mestinya bisa disikapi lebih
bijak dengan sebuah nasihat lembut. Atau ketika isteri saya bercerita
tentang seorang ibu dari teman sekolah anak kami di TK. Anaknya terjatuh
saat berlari, "Nyungsep sekalian biar bonyok tuh muka. Udah dibilangin
jangan lari," itu pun masih ditambah satu tamparan di kepala. Yang pasti itu
tak meredakan tangis si anak, bahkan membuat memar di lututnya semakin perih terasa hingga ke hati.

Mengusap bulir keringat di kening mereka dan membelai rambutnya saat tidur
membuahkan pertanyaan di benak ini, haruskah bintang-bintang sejernih ini
mendapatkan perlakuan sekasar itu?

Lihat saja senyum mereka saat terlelap, dan dengarkan hati mereka bernyanyi
dalam mimpi. Anda akan mendengarkan nyanyian riangnya jika Anda
memperlakukannya sepanjang hari seperti halnya Anda tengah menciptakan
sebuah mimpi indah untuknya.

Namun jangan terperanjat ketika tengah malam tidur Anda terusik saat ia
mengigau dan berteriak ketakutan.
Hanya rintihan yang bisa terdengar dari mimpinya karena sepanjang hari ia
hanya mendapatkan kecemasan dan ketakutan dari kalimat kasar, delikkan mata
dan ayunan keras tangan Anda ke tubuh mereka.

Tak seekor nyamuk pun pernah saya persilahkan untuk menyentuh setiap inci
kulit mereka. Lalu kenapa masih ada yang tega mencederai anak-anak, padahal
dalam berbagai dongeng mereka selalu mendengar bahwa yang kasih dan cintanya tak terbanding itulah Ayah dan Ibu.

Coba sentuh dengan lembut wajah halusnya saat tidur, itu akan membuatnya
bermimpi indah seolah tengah terbaring di pangkuan bidadari.

Anak-anak tak pernah membenci orang tuanya, bahkan saat mereka mendapatkan perlakukan kasar dari orang tua pun, tetap saja nama Ayah atau Ibu yang mereka panggil saat menangis. Anak-anak tak pernah berdosa terhadap orang tuanya, justru kebanyakan orang tua yang berdosa kepada mereka dengan makian kasar dan pukulan menyakitkan. Anak-anak tak pernah benar-benar membuat orang tua kesal, orang tua lah yang teramat sering membuat mereka kecewa mendapati Ayah dan Ibunya tak seindah syair lagu yang selalu diajarkan guru di sekolah.

Ah, kadang orang tua baru menyadari bahwa anak-anak hadir untuk dicinta saat
ia terbaring lemah di salah satu tempat tidur di bangsal anak-anak. Atau
ketika Tuhan mencabut amanah itu dari kita. Menangiskah kita?
salam,

Hidup Bermakna Versi Logoterapi

Oleh: Afthonul Afif *

Kajian psikologi akhir-akhir ini menunjukkan suatu perkembangan yang sangat kondusif berkenan dengan dialog spiritualitas. Lebih khusus lagi berkaitan dengan aspek "makna hidup". Tulisan ini bermaksud memperkenalkan aliran psikologi yang dipelopori Victor E. Frankl, seorang tokoh besar dalam kajian psikologi, terutama psikologi eksistensial-humanistik, yang sumbangan pemikirannya semakin kontekstual dewasa ini. Frankl dikenal menaruh perhatian besar pada "kebermaknaan hidup".

Victor E. Frankl adalah seorang neuro-psikiater kelahiran Wina, Austria yang berhasil selamat keluar dari kamp konsentrasi maut Nazi pada Perang Dunia II melalui usahanya untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan hidup bermakna (the will to meaning). Ternyata harapan untuk hidup bermakna dapat dikembangkan dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan normal, maupun dalam penderitaan (suffering), misalnya dalam kondisi sakit (pain), salah (guilt), dan bahkan menjelang kematian sekalipun (Victor E. Frankl, Psychotherapy and Existentialism, 1973,hlm. 25). Ia mempelopori suatu model psikoterapi yang disebut "Logoterapi". Logoterapi sering dimasukkan pada Existential Psychiatry dan Humanistic Psychology, karena dianggap sebagai aliran psikologi yang telah mapan setelah Psikoanalisa Sigmund Freud, Psikologi Individual Alfred Adler, yang tumbuh dan berkembang di kota Wina juga.

Logoterapi berasal dari kata logos yang telah diadopsi dari bahasa Yunani dan berarti "makna" (meaning) dan juga "ruhani" (spirituality). Logoterapi ditopang oleh filsafat hidup dan insight mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi spiritual, selain dimensi somatis, dimensi psikologis dan dimensi sosial pada eksistensi manusia, serta menekankan pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi manusia. Dalam logoterapi dimasukkan pula kemampuan khas manusia, yaitu self-detachment dan self-trancendence yang keduanya menggambarkan adanya kebebasan dan rasa tanggung jawab. Karakteristik eksistensi manusia menurut logoterapi adalah: keruhanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility) (Victor Frankl, "The Cocept of Man in Psychoterapy", dalam Proceeding of the Royal Society of Medicine. Vol.47, 1954, hlm.979).

Setiap sistem dan metode psikoterapi pada dasarnya berlandaskan pada filsafat manusia yang khas. Sebagai contoh psikoanalisa dan behaviorisme, mazhab psikologi yang paling berpengaruh di Amerika sampai sekarang-sangat kental dipengaruhi oleh filsafat yang positivistik tentang manusia. Psikoanalisa dan Behaviorisme melihat perilaku manusia digerakkan oleh situasi yang deterministik.

Setiap model psikoterapi yang berusaha mengembalikan kebebasan manusia sebagai sesuatu yang kodrati, pastilah akan bersinggungan dengan dua mazhab besar diatas. Begitu juga Logoterapi. Frankl berusaha mengembalikan kebebasan sebagai sesuatu yang berharga bagi manusia. Filsafat manusia yang mendasari Logoterapi adalah semangat untuk hidup autentik guna mencapai kebebasan lewat upaya untuk hidup bermakna.

Filsafat Manusia Logoterapi
Filsafat Logoterapi lahir dari kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Suasana Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri kemanusiaan sampai ke dasar terendahnya. Manusia tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat mengambil keputusannnya sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi totaliter telah merontokkan martabat manusia. Kita bisa melihat karya para filsuf eksistensialis yang sezaman dengan Frankl, seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka melihat kehidupan ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.

Tetapi Frankl tidak ingin terjebak dalam absurditas dunia. Dia berusaha melampauinya melalui filsafat hidup Logoterapi. Filsafat Logoterapi mensiratkan sebuah harapan besar tentang masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni: (a) kebebasan bersikap dan berkehendak (the freedom to will); (b) kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning); dan (c) tentang makna hidup (the meaning of life) (Frankl, "The Philosophical Foundations of Logoterapy", dalam Psychotearpy an Existentialism, hlm 13-28).

Tentang "Kebebasan berkehendak" pada dasarnya merupakan antitesa terhadap pandangan mengenai manusia yang sifatnya deterministik, sebagaimana yang mendasari Psikoanalisa dan Behaviorisme. Frankl sendiri menyebut pandangan tersebut sebagai "pan-determinisme", yakni: "....pandangan seseorang yang tidak menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri" (Frankl, Man's Search for Meaning: An Introduction to Logotherapy, 1962, hlm. 131).

Tentang "Kehendak untuk hidup bermakna" (the will to meaning), menurut Frankl merupakan motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya.

Dalam menerangkan the will to meaning, Frankl berangkat dari kritiknya terhadap the will to pleasure (Sigmund Freud) dan the will to power (Alfred Adler), yang masing-masing menganggap tujuan utama dari motivasi manusia adalah untuk mendapatkan kesenangan/kenikmatan (pleasure) dan kekuasaan (power).

Mengenai kedua pendapat diatas Frankl memberi catatan bahwa kesenangan bukanlah semata-mata tujuan hidup manusia, melainkan "akibat sampingan" (by product) dari sebuah tujuan itu sendiri. Begitu juga dengan kekuasaan yang hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Karena pada dasarnya pleasure dan power sebenarnya sudah tercakup dalam the will to meaning (kekuasaan merupakan sarana untuk mencapai makna hidup, dan kesenangan hanyalah efek samping yang dihasilkan dari terpenuhinya makna hidup tersebut).

Frankl memang sengaja menyebut the will to meaning bukan the drive to meaning, karena menurutnya makna dan nilai itu berada di luar diri manusia dan kebebasan manusia-lah yang menentukan apakah ia akan menerimanya atau menolaknya. Makna dan nilai adalah hal-hal yang harus dicapai bukan suatu dorongan.

Tentang "Makna hidup", Frankl menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya. Seorang logoterapis sama sekali tidak memberikan makna hidup tertentu pada klien-kliennya, ia hanya membantu memperluas cakrawala pandangan klien mengenai kemungkinan-kemungkinan menemukan makna dan arti hidup, serta membantu mereka untuk menyadari tanggung jawab dari setiap tujuan hidup mereka. Memilih, menentukan makna hidup sepenuhnya menjadi tanggung jawab klien, dan bukan tanggung jawab terapis.

Dalam The Doctor and the Soul (1964), Frankl juga menerangkan bahwa Logoterapi dapat membimbing manusia dalam melakukan kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup. Pertama, berkarya serta melakukan tugas hidup sebaik-baiknya. Kegiatan ini biasa disebut sebagai creative values (nilai-nilai kreatif). Kedua, berusaha mengalami dan menghayati setiap nilai yang ada dalam kehidupan itu sendiri. Proses mengalami ini biasa disebut sebagai experiental values (nilai-nilai penghayatan). Ketiga, menerima berbagai bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti kedukaan, sakit yang tak tersembuhkan lagi, kematian, setelah segala daya upaya telah dilakukan secara maksimal. Sikap tabah terhadap realitas seperti ini biasa disebut sebagai attitude values (nilai-nilai bersikap).

Nilai-nilai diatas kiranya dapat dihadapkan pada para klien oleh seorang Logoterapis, dalam membantu menemukan makna dan tujuan hidup klien yang otentik. Dan terpulang pada klien sendiri untuk memilih, menentukan, dan merealisasikannya. Sketsa Self-disoder Manusia Kontemporer

Ada beberapa problem eksistensial yang galibnya berusaha diatasi oleh filsafat Logoterapi, yaitu Existential Frustation (frustasi eksistensial), Existential Vacuum (kehampaan eksistensial), dan Noogenic Neurosis (neurosis noogenik). Ketiganya merupakan istilah-istilah kunci dalam logoterapi, satu sama lainnya saling berhubungan, serta merupakan konsep-konsep dasar dalam memahami gangguan kejiwaan dalam kehidupan manusia kontemporer.

Frustasi eksistensial muncul ketika dorongan untuk hidup bermakna mengalami hambatan. Gejala-gejala dalam frustasi eksistensial tidak mewujud secara nyata, karena pada umumnya bersifat laten dan terselubung (masked). Perilaku yang menandai frustasi eksistensial biasanya terungkap dalam berbagai usaha untuk memperoleh kompensasi besar melalui penyaluran hasrat untuk berkuasa (the will to power) atau bersenang-senang mencari kenikmatan (the will to pleasure). (Frankl, Psychoyherapy and existentialism, hlm. 120-121).

Frustasi eksistensial sering ditemukan dalam gejala neurosis. Untuk neurosis jenis ini, logoterapi menandainya dengan istilah "neurosis noogenik" yang berbeda dengan neurosis "psikogenik". Ini adalah istilah dalam Logoterapi yang merujuk pada sesuatu yang berkaitan dengan sisi spiritual manusia. Dalam frame rujukan Logoterapi istilah "spiritual" tidak memiliki konotasi utama pada agama, namun kembali secara khusus pada eksistensi manusia (Frankl, Man's Search to Meaning, hlm. 112).

Sementara itu, mengenai kehampaan eksistensil, biasanya muncul dalam perilaku yang menunjukkan perasaan serba hampa, gersang, dan kebosanan yang berlebihan. Menurut Frankl, faktor-faktor yang menyebabkan meluasnya kehampaan eksistensial adalah dianutnya ideologi-edeologi tentang manusia yang bercorak reduksionistik, pan-determinisme, serta teori-teori homeostatis. Wawasan-wawasan tersebut menganggap eksistensi manusia sebagai sistem yang tertutup, atau memandang manusia dari sudut pandang kemanusiaan yang sub-human, dan dengan demikian mengembangkan berbagai model manusia yang berpola "rat-model", "machine model", "computer model", dan sebagainya. Wawasan-wawasan ini mengingkari karaktersitik khas manusia seperti: kemampuan mentransendensikan diri, kemampuan mengambil jarak dengan lingkungan dan diri sendiri, kebebasan berkehendak, rasa tannggung jawab, dan spiritualitas.

Terakhir mengenai "Neurosis noogenik". Neurosis noogenik tidak muncul dari arahan konflik antara Id-Ego-Superego, konflik instingtif, trauma psikis, dan berbagai kompleks psikis lainnya, akan tetapi muncul dari problematika spiritual. Neurosis noogenik tidak mengakar pada dimensi psikis manusia, melainkan bersumber pada dimensi spiritual, sehingga dengan demikian neurosis ini tidak bersifat psikogen, tetapi spiritual/noogenik. Frustasi eksistensial dan kehampaan eksistensial yang menyebabkan terjadinya neurosis jenis ini.

Menurut Frankl, dalam kasus neurosis noogenik, terapi yang cocok dan memadai bukanlah psikoterapi, melainkan Logoterapi; sebuah terapi yang berani memasuki dimensi spiritual dari eksistensi manusia.

Out-put dari proses Logoterapi bisa terlihap pada kepribadian yang sehat atau dalam istilah Frankl "pribadi yang mengatasi diri". Inilah pribadi yang mampu melihat kehidupan dunia tidak hanya dalam kerangka pengejaran akan kekuasaan dan kenikmatan, tetapi lebih berhubungan dengan kemampuan untuk hidup bermakna dalam berbagai kondisi. Tujuan hidup bukanlah hanya untuk mencapai kondisi keseimbangan (equilibrium), yang serba tanpa ketegangan, melainkan senantiasa berada dalam semacam tegangan yang produktif antara apa yang kita hayati sekarang, dengan prediksi dan pengandaian tentang apa yang kita hayati pada masa mendatang.

*Pendidik di Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi '45 Yogyakarta

Kutipan:

  1. Filsafat manusia yang mendasari Logoterapi adalah semangat untuk hidup autentik guna mencapai kebebasan lewat upaya untuk hidup bermakna.
  2. Frankl sengaja menyebut the will to meaning bukan the drive to meaning, karena menurutnya makna dan nilai itu berada di luar diri manusia dan kebebasan manusia-lah yang menentukan apakah ia akan menerimanya atau menolaknya.